Nerassuara.com - Grebek Suro di Desa Banjarejo Pakis diawali di dusun Ngamprong. Lokasinya tepat di lapangan samping Dahnyangan Ki Ageng Baroto dan Mbah Ageng Sukmohadi dusun Ngamprong Desa Banjarejo Pakis. Ada 8 Tumpeng dari 7 RT di Dusun Ngamprong yang menjadi simbol dari proses syukuran tahun baru islam (muharram).
Grebek Suro ini dibuka dengan hataman, kemudian arak-arakan tumpeng pada malam harinya. Lalu dilanjut dengan istighasah, pengajian dan makan Bersama. Harapan dari pihak Desa semoga semakin menjadi media untuk merekatkan dan merukunkan masyarakat.
“Semoga kegiatan seperti ini dapat menjadi wadah untuk nepungne atau mempererat tali silaturrahmi antar warga, terlebih antar warga dan pihak pemerintah desa.” Tegas perwakilan dari Desa.
Sambutan kedua adalah dari Lembaga Seni Budaya Muslimin PCNU kab. Malang. Menyampaikan bahwa acara malam suro seperti ini adalah bagian dari dakwah islam wali sanga. Ia juga menyebutkan bahwa NU berperan dalam menjaga tradisi jawa yang islam dan islam yang jawani.
“NU berperan dalam menjaga tradisi jawa yang islam dan islam yang jawani, sehingga adanya tumpeng, grebek suro dan tradisi lainnya, seperti ini adalah warisan dari dakwah yang dilakukan oleh para Wali terdahulu, khususnya para Wali Sanga.”
Menurut pak RW. 4 pak Sugeng acara syukuran malam suro ini di samping sebagai bentuk syukur juga sebagai bentuk tali kasih untuk mempererat silaturrahmi antar warga.
Syukuran malam syuro ini dipungkasi dengan mauidlah hasanah yang disampaikan oleh Gus Wisanggeni Ma'ruf dari Malang.
Pesan beliau, semoga acara seperti ini semoga menjadi bentuk upaya agar kita semua diakui sebagai umat kanjeng nabi muhammad.
“Tradisi tumpengan, shodaqohan, grebegan dan lain-lain ini semoga menjadi bentuk doa semoga kita semua dijauhkan dari tolak dan balak.” Pesan Gus Wisanggeni