Nerasuara.com - Jamaah Salafiyah Al Mukarromah Desa Sidoharjo Kecamatan Tolangohula Gorontalo menjadi pionir amaliyah nahdiyah di Provinsi Gorontalo diasuh oleh Gus Muhammad Fathurrohim.
Ziarah makam pertama kalinya di Gorontalo dengan jama'ah terbanyak dengan Pesertanya 100 orang.
Ziarah makam bersama jamaah Salafiyah al Mukarromah ini dihadiri dan dipimpin oleh Gus Wisanggeni Ma'ruf Khodimurl Jamiyah al Mukarromah Malang Jawa Timur.
Makam para wali yang dikunjungi dan diziarahi adalah sebagai berikut;
1. Saripi(makam U.I Luhu)
2. Bongomeme(Makam Keramat Sultanul Aulia Nene Tane Mela)
3. Batudaa(Makam Raja Ilapato Jupanggola)
4. Biau(Makam Baginda Raja Sultan Amay)
5. Luwoo(Makam Aulia Ta bala-bala)
6. Hubulo (makam aulia gobel)
Ziarah kubur, atau mengunjungi makam para leluhur dan orang-orang yang telah meninggal, merupakan tradisi yang memiliki banyak makna penting dalam budaya dan agama.
Praktik ini tidak hanya mencerminkan penghormatan terhadap mereka yang telah tiada, tetapi juga memiliki berbagai dimensi spiritual, psikologis, dan sosial yang memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat.
Dari sudut pandang agama, khususnya dalam Islam, ziarah kubur memiliki makna spiritual yang mendalam. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk berziarah ke kuburan dengan tujuan untuk mengingatkan diri akan kematian dan kehidupan setelah mati.
Dengan mengunjungi makam, seseorang diingatkan akan kefanaan hidup dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Ziarah kubur juga menjadi momen untuk mendoakan mereka yang telah meninggal, meminta ampunan bagi mereka, dan berharap agar mereka mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah SWT.
Secara psikologis, ziarah kubur dapat memberikan ketenangan batin dan kenyamanan emosional bagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Proses ini memungkinkan seseorang untuk mengatasi rasa kehilangan dan berduka dengan cara yang sehat.
Dengan berziarah, seseorang dapat merasa lebih dekat dengan orang yang telah tiada, berbicara kepada mereka seolah-olah mereka masih ada, dan merasakan kehadiran spiritual mereka. Hal ini dapat memberikan rasa lega dan membantu proses penyembuhan emosional.
Dari perspektif sosial, ziarah kubur memperkuat ikatan keluarga dan komunitas. Ketika keluarga berkumpul untuk berziarah, mereka tidak hanya mengenang dan menghormati leluhur mereka, tetapi juga mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Tradisi ini juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan, rasa hormat, dan tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Dengan menjaga tradisi ziarah kubur, masyarakat dapat mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai budaya dan agama yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Selain itu, ziarah kubur juga dapat menjadi kesempatan untuk merefleksikan kehidupan dan perbuatan kita.
Mengunjungi makam orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kita mengingatkan kita akan pentingnya menjalani hidup dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Refleksi ini dapat mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Secara keseluruhan, ziarah kubur memiliki berbagai manfaat yang signifikan. Praktik ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual, emosional, dan sosial, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Melalui ziarah kubur, kita dapat menghormati mereka yang telah tiada, memperkuat hubungan keluarga, dan merefleksikan makna kehidupan dengan lebih mendalam.