Konsep trilogi pendidikan ala Kitab Ta'lim Muta'alim mengacu pada pendekatan pendidikan Islam yang holistik, Imam Az-Zarnuji Pengarang Kitab tersebut mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan adalah jalinan yang sempurna antara tiga pihak yakni
1.Guru/Ustadz/Ustadzah
2.Murid/Siswa/Santri
3.Orang Tua/Wali Murid/Wali Santri
Bagimana proses dan seperti apa hubungan idealnya, akan kita bahas satu persatu.
1.Guru/Ustadz-Ustadzah
Guru memiliki kewajiban untuk memberikan ilmu pengetahuannya (transfer of knowledge). Lebih dari itu, ia melengkapinya dengan transmisi keteladanan yang baik. Karena sejatinya guru “digugu lan ditiru “( pepatah bahasa jawa ) Sehingga, yang akan didapatkan para murid/santri tidak sekadar ilmu pengetahuan, namun juga ilmu tentang 'laku' dan mengenal 'diri' serta liyan. Artinya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Syaikh az-Zarnuji, ketulusan (tanpa pamrih), adalah hal yang wajib baginya.
Adapun profesionalitas bekerja dengan mendapat bisyarah (gaji), adalah hak yang sepantasnya didapatkan oleh guru. Alm.Syaikhona Maimun Zubair pernah menuturkan bahwa ketika sesorang memutuskan untuk menjadi seorang guru, orang tersebut harus mempunya pekerjaan sampingan agar tidak selalu mengharapka gaji guru. Dalam sebuah maoqolah disebutkan “ ya dunya ukhdumii man khodamanii” wahai dunia !layanilah orang yang melayaniku( Ilmu). Ketiku guru menyampaikan Ilmu dengan niat mengabdiuntuk mengharapkan Ridho Allah.Maka, dunia akan mengikuti dengan sendirinya dalam artian ia tidak akan kekurangan rejeki.
2. Murid/Santri
Santri atau murid berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran secara efektif dan maslahat untuk perkembangan diri mereka, baik berupa ilmu umum maupun ilmu agama. Adapun hal wajib yang harus dilakukan sangat banyak. Kitab Ta'lim dari az-Zarnuji, Adabul Alim wal Muta'allim (Hadratusyyaikh Hasyim Asy'ari) dll., bisa menjadi pedoman belajar para santri/murid.
Poin pentingnya adalah harus khidmah kepada ilmu Lillahi Ta'ala, bukan lil popularitas, lil jabatan, liddunya, dan sejenisnya. Hal penting lainnya yakni menghormati guru (konteks penghormatan bersifat lokal/bisa berbeda di setiap tempat atau instansi pendidikan).Dalam istilah pesantren terdapat “ barokah(zidatul khoir ) dan bala’(musibah)” dimana keduanya bisa didapatkan ketika santri sudah berhenti (boyong). Apa yang dilakukan selama dipondok itu yang akan didapatkan ketika boyong.
3. Orangtua/wali
Orangtua atau wali santri tentu menginginkan pendidikan bagi anaknya yang tidak sekadar layak, namun juga di atas cukup untuk bekal kebahagiaan hakiki sang anak. Oleh karenanya, bagi Syaikh az-Zarnuji, alangkah baiknya orangtua memerhatikan detail perkembangan pendidikan sang anak, misalnya dengan memberikan bekal cukup (membiayai sekolah/nyantri), dan kebutuhan lain yang menunjang proses sang anak. Dan yang paling penting harta yang digunakan untuk pendidikan berasal dari harta yang toyyib serta halal.
Jalinan antara orangtua dengan guru dari anaknya, adalah dengan memerhatikan kesejahteraan gurunya. Konteks ini disesuaikan dengan peraturan negara, lembaga pendidikan, ataupun secara pribadi. Misalnya UKT (dunia kampus), SPP, Bisyarah, dan sejenisnya. Bilamana semua komponen dalam trilogi pendidikan dapat terjalin secara simbang dan didukung olh pemerintahan yang baik, insyaAllah pendidikan dinegara kita akan menjadi pendidikan yang baik dan berkembang.