• 23 Dec, 2024

Kontrofersial Nasab Habaib

Kontrofersial Nasab Habaib

Nerassuara.com - Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan agama yang luar biasa. Salah satu fenomena yang muncul di kalangan masyarakat adalah pengaruh para Habaib, keturunan Nabi Muhammad SAW yang sering kali menjadi panutan dalam hal keagamaan. Namun, di balik ketenaran dan penghormatan tersebut, muncul kontroversi yang dikenal dengan istilah “Nashob Habaib” yang belakangan ini tengah hangat diperbincangkan diberbagai media soasial  dan  menimbulkan berbagai perdebatan diberbagai kalangan Ulama Indonesia. 

Perdebatan ini melibatkan klaim bahwa nasab habaib telah terputus dari garis keturunan Nabi.Kontroversi ini dimulai dengan pernyataan seorang kyai Banten, Imanuddin Utsman , yang meragukan nasab Ba'alawi, sebuah kelompok yang dikenal sebagai "habib". Ia menyatakan bahwa tidak ada kitab sezaman atau bukti primer yang menunjukkan keterhubungan nasab Ba'alawi dengan Nabi Muhammad SAW.

Salah satu argumen yang diajukan adalah bahwa nasab habaib terputus karena leluhur mereka, Ubaidillah, tidak dapat dipastikan sebagai anak keempat dari Ahmad bin Isa, yang jelas bersambung sanadnya kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, anak-anak Ahmad bin Isa hanya tiga orang: Muhammad, Ali, dan Husen. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah habaib terputus nasabnya dari Rasulullah SAW.

Menyikapi perdebatan isu ini “Prof Dr.Quraisy Shihab” ikut bicara .Dikutip dalam kanal You tube Kupas Channel beliau mengatakan "“Orang boleh berbeda pendapat, apakah si A keturunan Rasulullah atau tidak. Di sini lahir yang dinamai ilmu nasab. Ingat ajaran Rasulullah, tidak perlu mengklaim, buktikan hal tersebut melalui akhlak, ilmu Anda,”

Menurut pendiri Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) itu, perdebatan atau perbincangan tentang keturunan Rasulullah yang mengarah pada sikap saling menghina, memojokkan, merendahkan, dan hal negatif lainnya justru tidak membuat Rasulullah bangga, karena Nabi mengutamakan akhlak dan ilmu dalam perdebatan. “Yang ingin saya sampaikan, mari kita tonjolkan akhlak kita, ilmu kita, pengabdian kita. Itulah yang menjadikan Rasulullah bangga. Orang ribut tentang apakah ini keturunan Rasulullah atau tidak, saya tidak komentar itu,” tegas Prof Quraish. 

Kyai Ahmad Fatih Syuhud, Pengasuh Pondok pesantren Alkhoirot Malang  juga ikut berkomentar terkait hal ini, Dalam salah satu kajian rutin tafsir jalalain  beliau mengatakan “kita sebagai orang akademis , seorang pelajar maka kita tekankan bahwa menyikapi masalah penelitian kajian yaitu harus disikapi dengan penelitian juga. Jadi karena masalah nasab ini adalah masalah sejarah berkaitan dengan data-data maka untuk sementara ini data yang disampaikan oleh Kyai Imaduddin itu valid,  benar.  jadi berarti memang nasab dari para habaib tidak tersambung. Walaupun ada pendapat dari Syekh Ali Jumah yang mengatakan sambung tapi beliau tidak mendukung dengan data,  maka untuk sementara seperti yang disampaikan oleh Kiai Prof Dr Agil siraj untuk sementara pendapat Kiai Imad ini valid akurat . Tetapi dalam hal ini  tidak otomatis kemudian nasabnya Habib terputus gak! Pendapat Kyai Imad ini Valid, akurat sampai  ada Pendapat yang menyatakan sebaliknya. Baik pendapat  yang datang  mungkin dari kalangan Habaib rabitah Alawiyah ataupun dari siapapun yang menunjukkan ada kitab yang menyatakan ada datanya .”

Terlepas dari itu semua , sebagai muslim terlebih kita yang awam  tidak seharusnya saling mengejek, menghina bahkan mengolok –olok para habaib. Kita tetap menghormati belaiu selagi dalm dakwanya mengarah pada kebaikan dan takwa , karena kelak diakhirat yg menjadi saksi adalah amal kebaikan didunia bukan nashobnya.    Tetap berhusnu zhon kepada siapapun khususnya soal ketersambungan nasab habaib kepada Rasulullah Saw. Dawuh Habib Luthfi: "Lebih baik husnu zhan yang salah daripada su'u zhan yang benar. Tidak terpancing terhadap upaya untuk mengadu domba antara habaib dan kyai. Terakhir kita harus saling menghormati dan memuliakan semua orang tanpa membedakan status sosial. 

Waallahu a’alam .

 

 

 

Marita Restyani

Santri Alkhoirot Putri Mahasiswa Ibnu Sina malang