• 23 Dec, 2024

Santri Bunuh Ustadzah Karena Ditakzir: "Siapa yang salah?"

Santri Bunuh Ustadzah Karena Ditakzir: "Siapa yang salah?"

Bagaimana menurut kalian?

Banyak dari kita khusus nya dari kalangan pesantren sangat memahami bagaimana sistem Takzir dalam sebuah pesantren adalah sebuah kewajaran. Sebagaimana hal tersebut pastinya telah di sepakati hingga menjadi sebuah peraturan yang mana gunanya adalah agar para santri senantiasa "Manut" dengan peraturan-peraturan pondok.

Sistem Takzir itu sendiri sudah menjadi budaya yang meluas.  bahkan, hampir di setiap tempat pondok pesantren maupun tempat pembelajaran lain nya .

Lalu bagaimana menanggapi ini? Dari kasus seorang santri yang tega membunuh guru nya sebab tidak terima atas hukuman yang di berikan.

Tentu sangat di sayangkan sekali, sebuah tempat yang "Harusnya" Memiliki kultur etika  yang kental  , malah di nodai dengan perbuatan yang sangat jauh di luar nalar.

Satu hal yang saya cari pertama dalam kasus ini adalah, mengenai bagaimana sebenarnya kondisi kejiwaan oknum santri ini dan bagaimana dia bisa meloloskan perbuatannya. 

Setelah di telusuri kondisi yang sebenarnya, ternyata dia dalam keadaan sehat dan normal (pada umum nya)

Oke  kemudian, apakah takzir yang di berikan sang ustadzah terlalu berlebihan?

Dalam kasus ini, sang guru memberi hukuman berupa menyalin Al-quran di bawah terik. Menurut saya pribadi, hal seperti ini sangat wajar dan tidak bisa di katakan hukuman yang sangat berat. Tapi entah dengan pelaku, apakah dia terlalu keberatan, malu atau marah ? Kita tidak tahu .

Keadaan terkini pelaku tidak bisa di jatuhi pidana karna dianggap masih di bawah umur , kemudian di lakukan observasi  karena  harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Lalu siapa yang salah dan patut di salahkan?
Banyak sekali yang bisa kita ambil dari kasus ini, dalam dunia pesantren kita tak hanya di ajarkan mengenai ilmu materi tapi juga bagaimana mempraktikan nya dalam kehidupan sehari-hari.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pondok pesantren semata-mata hanya untuk mencetak generasi berwawasan juga ber adab tentu nya. 

Namun ternyata masih ada, oknum santri yang kosong dan belum siap menerima segala konsekuensi yang tertera.

Siapapun bahkan saya yang pernah melanggar peraturan pondok, tentu merasa kesal ketika pengurus memberikan hukuman tapi bisa jadi karena besarnya rasa takdzim dan tahu diri bahwa kita salah yang membuat keresahan itu sirna,hingga sama sekali tidak terfikirkan untuk balas dendam, iya tidak?

Yang terpenting bagi para pengurus , baik ustadz maupun ustadzah jadilah contoh terbaik bagi santri, sebagaimana kita ingin di sayangi oleh mereka maka sayangi mereka, dekatkan lah diri sehingga kita bisa mengetahui apa yang ada dalam diri mereka, agar kita tahu perihal apa yang membuat mereka melanggar peraturan dan agar kita tidak gegabah dalam memberi hukuman. Dan meminimalisir adanya dendam. Wallahualam.

Maulida Nafisah

Penulis amatir