Di sebuah momen santap malam bersama keluarga, Doni mengumumkan kepada keluarganya bahwa ia terpilih untuk mempresentasikan materi khusus di kelasnya esok hari.
Ayahnya, seorang pakar dalam metode mengajar filsafat, merasa terpanggil untuk memberikan hidayah kepada putranya yang kuliah jurusan kedokteran itu, agar sanggup melaksanakan tugas dengan baik, bahkan sangat baik.
"Beginilah kami melakukannya di ruang-ruang kampus, Nak" katanya. “Mula-mula kita harus mengenal tiga aspek dasar dari filsafat: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Tentukan APA yang hendak kamu lakukan, BAGAIMANA cara supaya pendengar melakukannya dan SEBERAPA BAIK kamu ingin mereka melakukannya. Dan ingat, semua pendidikan harus di arahkan pada epistemolgi atau cara praktiknya, supaya tidak terkesan teori saja.”
Doni tampak kaget. Kecemasan di wajahnya hanya menghasilkan suara lirih, “Itu tak akan bisa kulakukan, Yah.”
"Pasti berhasil," si Ayah meyakinkan. “Ini selalu berhasil. Ayah tidak hanya berteori saja, bahkan juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, ini adalah teori dari segala teori.”
Doni semakin suram, air mukanya tak karuan.
"Doni tahu Konfusius?" tanya sang Ayah, dengan tangan memegang dagu mahasiswa lugu itu untuk dihadapkan ke arahnya.
“Tidak, Yah.”
"Kata Konfusius, 'aku mendengar dan aku lupakan. Aku melihat dan aku mengingat. Aku melakukan dan aku mengerti'. Ingat itu baik-baik, Nak." Pesan si Ayah.
"Tetap saja ini tak bisa kulakukan, Yah." Suaranya memelas.
"Kenapa tidak?" sahut si Ayah.
"Karena…" agak lama ia terdiam akibat takut bercampur malu, “Aku akan presentasi tentang 'seks', Yah!”
#sederhanaitutidaksesederhanaitu #hidup #kisah #dosen #hikmah #fbpro