Teringat sebuah lagu yang kontroversial pada tahun 1989 yang dinyanyikan oleh penyanyi terkenal diera orde baru, sampai dikenal dilapisan bawah rakyat Indonesia, sampai suatu waktu saya mengembara ke sebuah kota para wali.
Di daerah itu lagu tersebut sampai menjadi sebuah julukan bagi orang yg dianggap kurang pas dalam perilakunya dan kalau terlalu sampai dianggap gila.
“Oh pancen cah bento, dipernahke wong tuwo ora nggatek'ke, pancen bento tenan Kuwi ” Sebagian kalimat pernah saya dengar dari beberapa cengkrama bersama dulur - dulur di sana.
Saya potong sampai disini dulu cerita ini, karena idiom ( harafiah, namun mewakilkan ekspresi tertentu yang tersirat di dalamnya ) karena panjang perjalanan yang terkenang.
Nama bento dipakai oleh teman - teman didesa baran Sukoanyar Wajak ini membuktikan bahwa judul lagu tersebut telah menjadi inspirasi sebuah wadah untuk berkumpul, tentu dengan arti yang di otak atik sendiri agar sampai pada harapan dan tujuan yang dimaksudkan.
Bento ( Ben di Toto ) dengan tambahan " sae ". Dengan harapan disetiap kekurangan dalam diri masing - masing senantiasa tertata dengan sebaiknya. Mungkin begitu.
Wadah dengan nama unik bermacam warna dan kecenderungan begitu banyak sampai hari ini. Ada istilah jawa, arab dsb.
Semua komunitas, perkumpulan, club, paguyuban, kecenderungan dll. Itu didirikan oleh seseorang yang peka akan situasi sosial, budaya setempat.
Tempat atau rumah yang menempa penghuninya dengan ruhani, Budi daya, akhlaqul karimah agar terus lebih baik.
Seperti teman - teman didesa baran ini mempunyai harapan yang sama tentang membangun kembali potensi kebaikan, kemanfaatan dengan orang - orang disekitarnya.
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
Innallāha ma'allażīnattaqaw wallażīna hum muḥsinụn
“ Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan ”
( Surat An-Nahl Ayat 128 )
Kanjeng lepen
Jum'at 26 April 2024